Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jangan Salah Memilih Pesantren Buat Anak


Memilih pesantren untuk anak bukan sekadar mencari tempat menghafal Al-Qur'an atau belajar agama. Ini tentang menempatkan mereka di lingkungan yang akan membentuk karakter, akhlak, dan masa depan mereka. Sayangnya, banyak orang tua tergesa-gesa memilih pesantren hanya karena pertimbangan biaya murah atau lokasi dekat rumah, tanpa mengevaluasi kualitas pendidikan dan pengasuhan. Kesalahan dalam memilih bisa berakibat fatal: anak justru stres, terpengaruh pergaulan negatif, atau bahkan kehilangan minat belajar agama. 

Salah satu kesalahan umum adalah memilih pesantren hanya berdasarkan "nama besar" atau jumlah santri yang banyak. Padahal, pesantren besar belum tentu cocok dengan kebutuhan anak. Ada anak yang justru berkembang lebih baik di pesantren kecil dengan pendekatan personal. Orang tua harus mempertimbangkan metode pembelajaran, kurikulum, serta bagaimana pengasuh (ustadz/kyai) berinteraksi dengan santri. Jangan sampai anak masuk ke pesantren yang terlalu keras atau sebaliknya, terlalu longgar hingga tidak ada kedisiplinan.

Fenomena pesantren "abuse" atau kekerasan dalam pendidikan juga harus menjadi perhatian serius. Beberapa kasus menunjukkan ada pesantren yang justru menjadi tempat anak mengalami trauma fisik maupun psikis karena hukuman berlebihan atau sistem yang otoriter. Orang tua wajib riset mendalam, termasuk mencari testimoni dari mantan santri atau orang tua lain. Media sosial dan forum diskusi bisa menjadi alat untuk mengumpulkan informasi sebelum memutuskan.

Selain itu, perhatikan juga keseimbangan antara pendidikan agama dan pengetahuan umum. Di era modern, anak tidak hanya butuh ilmu fikih atau tafsir, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, sains, dan keterampilan hidup. Pilih pesantren yang mengintegrasikan agama dengan pelajaran umum, atau setidaknya memberi ruang bagi santri untuk mengembangkan minat lainnya. Jangan sampai anak jadi "jago agama" tetapi gagap teknologi atau tidak siap menghadapi tantangan zaman.

Terakhir, libatkan anak dalam proses pemilihan. Diskusikan preferensi dan kenyamanan mereka, karena merekalah yang akan menjalani keseharian di pesantren. Jika anak merasa terpaksa, dikhawatirkan ia akan sulit beradaptasi atau bahkan memberontak. Pendidikan agama seharusnya membentuk kecintaan pada ilmu, bukan sekadar paksaan. Dengan memilih pesantren yang tepat, orang tua tidak hanya menjamin anak mendapat ilmu yang benar, tetapi juga tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak, mandiri, dan bahagia. (RD)

Post a Comment for " Jangan Salah Memilih Pesantren Buat Anak"