Mengislamisasikan Kurikulum: Jawaban atas Tantangan Pendidikan di Era Sekularisme
Pendidikan adalah fondasi utama dalam membangun peradaban. Salah satu elemen kunci dalam pendidikan adalah kurikulum, yang menjadi "otak" dari seluruh proses pembelajaran. Kurikulum tidak hanya sekadar kumpulan materi ajar, tetapi juga representasi dari ideologi, nilai, dan visi yang ingin dicapai oleh sebuah sistem pendidikan. Di Indonesia, Kurikulum 2013 (K13) telah menjadi acuan utama. Meski kurikulum ini telah memuat nilai-nilai emosional dan spiritual, tantangan sekularisme dan liberalisme masih mengancam. Oleh karena itu, sudah saatnya kita mempertimbangkan untuk mengislamisasikan kurikulum pendidikan kita.
Mengapa Islamisasi Kurikulum Penting?
Sekularisme dan liberalisme dalam pendidikan telah memisahkan antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama. Akibatnya, muncul dikotomi antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Padahal, Islam mengajarkan bahwa semua ilmu bersumber dari Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah. Islamisasi kurikulum bukan hanya tentang menambahkan pelajaran agama, tetapi tentang mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam setiap aspek pembelajaran. Tujuannya adalah menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berakhlak mulia dan memiliki pemahaman yang utuh tentang hakikat ilmu pengetahuan.
Sebagai contoh, dalam mata pelajaran PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), ketika membahas tentang kerukunan, kita bisa mengintegrasikan ayat Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 13: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal." Selain itu, guru bisa menceritakan kisah toleransi yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW saat penaklukan Kota Mekkah, yang dilakukan dengan damai tanpa kekerasan. Hal ini akan membangun kebanggaan siswa terhadap ajaran Islam.
Integrasi Nilai Islam dalam Berbagai Mata Pelajaran
Integrasi nilai-nilai Islam tidak hanya terbatas pada pelajaran agama atau PPKN, tetapi juga bisa diterapkan dalam mata pelajaran lain seperti IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dan Matematika. Misalnya, saat membahas tentang tubuh manusia dalam pelajaran IPA, guru bisa mengutip Surat At-Tin ayat 4: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." Guru juga bisa menjelaskan bagaimana Islam melalui hadis-hadis Nabi menganjurkan kebersihan, seperti memotong kuku dan bersiwak, yang berkaitan langsung dengan kesehatan.
Dalam pelajaran Matematika, ketika mengenalkan bilangan 1-10 kepada siswa kelas 1 SD, guru bisa sekaligus mengenalkan bilangan dalam bahasa Arab. Selain itu, siswa perlu tahu bahwa penemu bilangan nol adalah seorang ilmuwan Muslim, Al-Khawarizmi, yang kontribusinya sangat besar dalam dunia matematika. Begitu juga saat membahas bangun ruang kubus, siswa bisa diajak mengenal Ka'bah sebagai salah satu contoh bangun kubus dalam kehidupan nyata, sambil mempelajari sejarah pembangunannya.
Impian Besar: Kurikulum yang Mengislamisasikan Pengetahuan
Impian besar dari upaya ini adalah menciptakan kurikulum yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga mengislamisasikan pengetahuan (Islamized knowledge). Kurikulum semacam ini akan menjadi panduan hidup yang holistik, di mana setiap ilmu yang dipelajari siswa memiliki dasar dan tujuan yang jelas sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, tidak ada lagi dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Semua ilmu dipandang sebagai satu kesatuan yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.
Seperti yang dikatakan oleh Isma’il Raji Al-Faruqi, tokoh pemikir Muslim, "Tidak ada harapan untuk kebangkitan umat yang sejati kecuali sistem pendidikan direformasi dan kesalahannya diperbaiki. Sistem pendidikan yang dualistik, yang terbagi menjadi sistem Islam dan sekuler, harus dihapuskan. Kedua sistem ini harus disatukan dan diintegrasikan. Sistem yang baru harus dijiwai oleh semangat Islam dan berfungsi sebagai bagian integral dari program ideologisnya."
Langkah Nyata: Menyusun Kurikulum Integratif
Di SDIT Muhammadiyah Bireuen, kami sedang berupaya mewujudkan impian ini dengan menyusun kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam setiap mata pelajaran. Kurikulum ini tidak hanya memuat nilai-nilai Al-Quran dan Sunnah, tetapi juga menanamkan akhlak, adab, dan sejarah kejayaan peradaban Islam. Harapannya, kurikulum ini dapat menjadi model bagi sekolah-sekolah lain yang ingin mengislamisasikan pendidikannya.
Mengislamisasikan kurikulum bukanlah upaya yang mudah, tetapi ini adalah langkah penting untuk melawan ancaman sekularisme dan liberalisme dalam pendidikan. Dengan kurikulum yang terintegrasi nilai-nilai Islam, kita bisa menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia dan memahami bahwa semua ilmu bersumber dari Allah SWT. Mari bersama-sama mewujudkan impian ini demi masa depan pendidikan yang lebih baik dan berkarakter.
Penulis: Rizki Dasilva, Direktur SIT Muhammadiyah Bireuen.
Artikel ini telah disesuaikan untuk publikasi di media nasional.
Post a Comment for "Mengislamisasikan Kurikulum: Jawaban atas Tantangan Pendidikan di Era Sekularisme"